Senin, 13 Oktober 2014
tahukah anda : 5 Rutinitas Orang Sukses Sebelum Mulai Bekerja
Mengutip laman Business Insider, Selasa (14/10/2014), tergesa-gesa dan langsung bekerja setibanya di kantor dapat berdampak kurang baik pada produktivitas kerja. Pasalnya, Anda akan sulit berkonsentrasi saat mulai bekerja.
Ingat, menit pertama di kantor sangat menentukan kinerja dan kesibukan Anda hingga pulang di sore hari. Berikut lima hal yang sering dilakukan orang sukses sebelum kerja:
1. Merenung sejenak
Setibanya di kantor, orang-orang sukses tak akan langsung bekerja melainkan merenungkan dulu apa yang harus dicapainya hari itu.
Dia akan terdiam sejenak dan memikirkan berbagai hal yang belum dicapai, pekerjaan yang tengah dilakukan, dan berbagai hal yang ingin diraihnya dalam berkarir.
2. Membuat tempat kerja pribadi terasa nyaman
Berbeda dengan kebanyakan pegawai atau pengusaha lain, orang sukses akan membuat dirinya merasa nyaman sebelum mulai bekerja. Orang sukses akan membenarkan letak kursinya, keyboard, dan melettakan telepon selulernya.
Bahkan beberapa orang juga memperbaiki letak sejumlah benda yang akan digunakannya selama bekerja agar mudah dijangkau.
3. Membuat prioritas
Setelah Anda mengetahui berbagai hal yang perlu dikerjakan, kini Anda hanya tinggal membuat prioritas karir di kantor. Jangan sampai Anda kewalahan bekerja karena mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu.
4. Menggerakan badan dan sedikit jalan-jalan
Orang sukses juga tak lupa menjaga pola kerjanya. Di tengah kegiatannya di kantor, dirinya pasti meregangkan tubuh, berjalan-jalan sedikit sebelum bekerja.
Itu dapat membuat Anda mengendalikan diri lebih baik setelah mulai bekerja.
5. Menyapa rekan kerja
Kegiatan sederhana yang satu ini sebenarnya penting dilakukan para atasan terhadap bawahannya. Sesama rekan kerja, saling menyapa juga dapat membantu meningkatkan mood sebelum menjalankan tugas di kantor.
Bersikap ramah di pagi hari dapat membuat tempat kerja menjadi lebih menyenangkan dari siapapun. Senyum manis dan perasaan bahagia yang Anda tebarkan dapat membuat orang lain juga bersemangat untuk bekerja. (Sis/Nrm)
Credit: Nurmayanti
sumber: Simak 5 Rutinitas Orang Sukses Sebelum Mulai Bekerja - Liputan6.com
http://bisnis.liputan6.com/read/2118320/simak-5-rutinitas-orang-sukses-sebelum-mulai-bekerja
Selasa, 30 September 2014
Fenomena Sekitar kita : Apakah potret Pendidikan sekarang seperti ini?
Malangnya bocah laki-laki ini. Di usia yang masih begitu muda yakni 8 tahun, bocah yang bernama Sujit itu sudah meregang nyawa. Mirisnya, di tangan gurunya sendiri.
Dilansir dari Mirror.co.uk yang dikutip Liputan6.com, Rabu (6/1/2014), Sujit diduga dipukuli dengan cambuk oleh gurunya akibat tak bisa mengerjakan soal matematika.
Bocah bernama lengkap Sujit Munda itu dikabarkan meninggal pada hari Minggu 2 Februari, seminggu setelah sakit parah menyusul hukuman cambuk yang dilakukan oleh gurunya.
"Ayah Sujit pun kemudian melaporkan insiden kematian, yang diduga ulah guru matematikanya ke polisi," ungkap Mohammad Arshad Hussain seperti dimuat Al Jazeera.
Akibat laporan tersebut, guru berusia 45 tahun yang tak disebutkan namanya itu diskors dari sekolah tempatnya mengajar di Desa Balsokra, di negara bagian India timur Jharkhand.
Sejauh ini, polisi tengah melakukan otopsi guna menamukan bukti akibat dari hukuman fisik yang diberikan guru itu.
"Penyelidikan polisi menemukan guru mencambuk Sujit setelah ia gagal untuk menjawab soal aritmatika yang diberikan," demikian seperti dimuat Al Jazeera. (Tn t/Edo)
SUMBER: http://news.liputan6.com/read/818347/tak-bisa-jawab-matematika-murid-dicambuk-guru-hingga-tewas
Rabu, 24 September 2014
INFO BEA SISWA: Bea siswa ke Jepang semakin banyak
JAKARTA, KOMPAS.com — Ritsumeiken Asia Pacific University (APU), Jepang, semakin menahbiskan diri sebagai kampus internasional di negara itu. Lebih dari 80 negara menyumbang pelajarnya ke kampus tersebut, salah satunya Indonesia.
Saat ini tercatat sekitar 5.596 pelajar internasional menempuh pendidikannya di APU. Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang hampir 30 persen mahasiswa. Bahkan, hingga September ini, sudah lebih dari 80 siswa dikirim ke Jepang.
"Sudah ada 88 orang yang kita kirim ke APU pada September ini, dan beberapa di antaranya adalah penerima beasiswa," ujar Prof Kondo Yuichi, Dean of Admission Professor Ritsumeikan APU, kepada Kompas.com pada APU Information Session di Jakarta, Minggu (21/9/2014).
APU memang merupakan kampus mahal. Kenyataan tersebut diakui sendiri oleh Kondo. Akan tetapi, menurut dia, pelajar tidak perlu khawatir karena APU menyediakan beasiswa dengan rentang 30 sampai 100 persen. Tak sedikit pelajar Indonesia mampu memperoleh beasiswa 100 persen tersebut.
"Untuk tahun ini sudah ada beberapa yang mendapat beasiswa 100 persen. Namun, untuk jumlah tepatnya, saya tak bisa memberikan angka pasti," kata Kondo.
Indonesia memang menjadi salah satu negara yang menjadi perhatian APU, seperti tersurat dari pernyataan Kondo. Dia mengatakan, saat ini APU menargetkan 350-400 pelajar Indonesia untuk bisa kuliah di kampus itu. Jumlah itu tidak terlepas dari sifat pelajar Indoneisa yang disukai pihak APU.
"Pelajar Indonesia sangatlah sopan dalam setiap kegiatan. Ketika mereka belajar atau melakukan aktivitasnya, mereka bisa menjadi pemimpin. Selain itu, mereka juga rajin, dan tentu kami butuh banyak pelajar Indonesia karena mereka bisa menjadi inti dari kampus APU," ujar Kondo.
SSUMBER : http://edukasi.kompas.com/read/2014/09/22/13525981/Siap-siap.Banjir.Beasiswa.ke.Jepang.
Senin, 22 September 2014
Macam-macam kecerdasan pada manusia
Ciri-Ciri Orang Cerdas
1.Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara)
Ciri-ciri :
- Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata
- Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer)
Ciri-ciri :
- Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis
- Pandangan hidupnya bersifat rasional
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur)
Ciri-ciri :
- Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang
- Mudah memperkirakan jarak dan ruang
- Membuat sketsa ide dengan jelas
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model)
Ciri-Berminat dengan segala sesuatu
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb)
Ciri-ciri :
- Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat
- Dapat mengikuti irama
- Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru)
Ciri-ciri :
- Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
- Menjalin kontak mata dengan baik
- Menunjukan empati pada orang lain
- Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog)
Ciri-ciri :
- Membedakan berbagai macam emosi
- Mudah mengakses perasaan sendiri
- Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya
- Mawas diri dan suka meditasi
- Lebih suka kerja sendiri
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam
(petani, nelayan, pendaki, pemburu)
Ciri-ciri :
- Mencintai lingkungan
- Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang
- Senang kegiatan di luar (alam)
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,)
Ciri-ciri :
- Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
- Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia
- Menikmati kegiatan fisik (olahraga)
- Cekatan dan tidak bias tinggal diam
Rabu, 10 September 2014
MATERI: Teater dan keteateran
MATERI DASAR TEATER
PENDAHULUAN
1. ARTI DRAMA
a. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
b. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
c. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
d. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action
(segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan
(axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience).
2. ARTI TEATER
a. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
b. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
c. Dalam
arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia
yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan
laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik,
nyanyian, tarian, dsb.
Ada
yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan
sebagai “panggung” (stage). Secara etimologi (asal kata), teater adalah
gedung pertunjukan (auditorium).
Dalam
arti luas teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang
dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ludruk,
lenong, reog, dulmuluk.
Dalam
arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media,
gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan
pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.
PERBEDAAN DRAMA DAN TEATER.
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda
uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno “theatron” yang secara
harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata
teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata
yunanai ‘dran’ yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama
cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama
setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu
kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita
tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk
pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater
tercipta karena adanya drama.
TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif;
di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung
dalam suatu koordinasi yang rapi,dan juga mencakup juga pengertian
sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu
sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu
pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni
organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun
segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan
unsur-unsur lain).
Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan sebuah produksi.
- Pimpinan Produksi
- Sekretaris Produksi
- Keungan Produksi / Bendahara
- Urusan Dokumentasi
- Urusan Publikasi
- Urusan Pendanaan
- Urusan Ticketing atau karcis
- Urusan Kesejahteraan
- Urusan Perlengkapan
- Sutradara
- Art Director / Pimpinan Artistik
- Stage Manager
- Property Master
- Penata Cahaya
- Penata Kostum
- Penata setting
- Perias / Make Uper
- Penata Cahaya
- Penata Musik
Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk
bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai
contoh seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana
yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang
Sutradara yang bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting
pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Kalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan
elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi
sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang
sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang
diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi
orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak
budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk
mencari perlindungan”.
RUMUSAN TEATER
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang
diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin
dalam cerita pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut :
1) Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
2) Gerak, sebagai unsur penunjang.
3) Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
4) Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
5) Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
6) Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).
3. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
a. terdengar (volume baik)
b. jelas (artikulasi baik)
c. dimengerti (lafal benar)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang balk ialah gerak yang :
a. terlihat (blocking baik)
b. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
c. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
· Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
· Artikulasi
yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan
jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi
kata-kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
· Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai .
Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber-ani.
· Menghayati
atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan
kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
· Blocking
ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu
dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat
melihat pemain yang ditutupi.
Pemain
lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat
sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan
sebagai berikut :
ü Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
ü Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat.
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung.
a) Jelas,
tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang
dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan.
Kalau ragu-ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over
acting
b) Dimengerti,
berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari
hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat
dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
c) Menghayati
berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai
tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI
1. MEDITASI
Secara
umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan memustkan pikiran
dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1) Memusatkan pikiran.
Kita mencoba memustkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada
dalam
pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga,
sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak
kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan serta hanya
tertuju dengan apa yang akan dimasukkan dalam pemikiran kita.
2) Meditasi sebagai jembatan.
Disini
alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang
kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan
dalam kehidupan sehari hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan
kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam
latihan.
Cara meditasi :
1) Posisi
tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa
dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini
dimaksudkan untuk member bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2) Atur
pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga
dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan
keluar dalam tubuh kita.
3) Pusatkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala
perasaan.
Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak
bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap
untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada
suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih,
seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini
sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.
Jika
hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi
juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
2. KONSENTRASI
Konsentrasi
secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya
dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang
akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain,
sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
1. PERNAPASAN
Seorang
artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk
memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh
karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta
mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum,
baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
1) Pernapasan dada
Pada
pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga
dadasehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater
pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya
tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat
mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
2) Pernapasan perut
Dinamakan
pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam
perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan
oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya
tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
3) Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga
udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap
dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu
mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
4) Pernapasan diafragma
Pernapasan
diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma
kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut,
pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga
turut mengembang. Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak
orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak
banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan
dengan pernapasan perut.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
2. VOKAL
Untuk
menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar
vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
a) Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
b) Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
c) Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
d) Tidak monoton.
Catatan :
Apabila
suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut.
Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya
adalah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara
keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak
longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara
yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat,
janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab
apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah
dalam batas-batas yang wajar.
3. ARTIKULASI
Yang
dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui
mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga
pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada
pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
- Cacat
artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang
berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon,
misalnya ‘r’, dan sebagainya.
- Artikulasi
jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi
sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada salah pengucapan
naskah/dialog.
- Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
- Artikulasi
tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama
sekali.
4. GESTIKULASI
Gestikulasi
adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata
atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi,
gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang
berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam
dialog satu kata dengan satu kalimat kadang-kadang memiliki arti yang
sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini
!!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk
"Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu
diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
5. INTONASI
Seandainya
pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka
akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di
sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau
dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
v Tekanan Dinamik (keras-lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.
v Tekanan.Nada
(tinggi) Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen,
artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah
membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan
berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan
tentang tinggi rendahnya suatu kata.
v Tekanan Tempo
v Tekanan
tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini
sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.
6. WARNA SUARA
Hampir
setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia
sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan
berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan
berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki
dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi
jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain
harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus
memperhatikan juga warna suara.
BAB III
GERAK
1. OLAH TUBUH
Olah
tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita
mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan,
mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah
tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita
supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh
kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Macam-Macam Gerak :
Dalam
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik
bermacam-macam gerak Latihan-latihan mengenai gerak ini harus
diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang
teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1) Gerak teaterikal
Gerak
teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang
lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam
naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan
naskah drama.
2) Gerak non teaterikal
Gerak
non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari. Gerak
yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara
garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak
kasar.
v Gerak Halus
Gerak
halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq
lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh
dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
v Gerak Kasar
Gerak
kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini
timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak
kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
a. Business,
adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran. Gerak
ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks).
b. Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar.
c. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
d. Guide, adalah cara berjalan. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
· Gerak
dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya
boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada
batas kepala kita.
· Gerak
dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di
sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
· Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
BAB IV
KARAKTERISASI
Karakterisasi
adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh
yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang
berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan
karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan
demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh
saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar
kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut
naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh
tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah,
kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah
lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya.
Untuk
memperdalam karakteristik peraga dalam sebuah naskah, maka agaknya
perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk
itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi
adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh.
Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya,
cara bicaranya, dsb.
ILUSI
Ilusi
adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang
telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu
dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat,
dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi
adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi
seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi
obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita
tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit.
Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan
tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat,
benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
EMOSI
Emosi
dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan
sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain
harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk
memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter
tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah
laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
- Pelajari
naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki
oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan
inti dari naskah.
- Melakukan
gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah
mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
BAB VI
BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
1. Seimbang, kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan
berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain
atau benda-benda yang ada di panggung.
2. Utuh, blocking yang
ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan
gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.
3. Bervariasi, kedudukan
pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.
4. Memiliki titik pusat, artinya
setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting
artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk
melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang
berlangsung.
5. Wajar, setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
BAB VII
NASKAH
Naskah
disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah
naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang
berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya
sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama
dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi,
kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
a. Tema
Tema
adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah
dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
b. Lakon
Dalam
cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita. Oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki
karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon.
Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
o Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani. Usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
o Dimensi sosiologi ;
latar belakang kemasyarakatan status sosial, pendidikan, pekerjaan,
peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama,
hobby, dll.
o Dimensi psikologis ;
latar belakang kejiwaan. Temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan
kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan,
dll.
c. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Pemaparan (eksposisi)
Bagian
pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi.
Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi
dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga
penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi
berfungsi sebagai pengantar cerita.
2) Dialog
Dialog
berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa
yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat
kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan
persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan
membukakan fakta.
3) Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau
pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang
maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi.
Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
4) Klimaks dan krisis
Klimaks
dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam
adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu
klimaks.
5) Penyelesaian (denouement)
Drama
terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis
yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir
selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
DRAMA DAN JENISNYA
Drama
berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama
merupakan pertunjukaan yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan
dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di dalam masyarakat
drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.
Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Drama Modern → Drama
yang dimainkan pada zaman modern dan bertujuan untuk memberikan
pendidikan pada masyarakat serta biasanya bertema tentang kehidupan dan
filsafat sehari – hari.
2. Drama Klasik → Drama
ini terjadi dan dimainkan pada masa lampau, yang isinya menceritakan
tentang khayalan, kesaktian tokoh, kerajaan, kehidupan para Dewa dan
lain sebagainya.
Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :
1. Drama Tragedi → Drama yang menceritakan tragedi atau peristiwa memilukan dan menyedihkan sepanjang jalan ceritanya.
2. Drama Komedi → Drama yang berisi cerita lucu dan lawakan, sehingga membuat penontonnya tertawa.
3. Drama Tragedi Komedi → Drama
yang merupakan perpaduan cerita antara drama tragedy dan drama komedi,
didalamnya terdapat cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang
membuat penontonnya tertawa.
4. Opera → Drama musical / opera merupakan drama yang menceritakan suatu jalan cerita dengan didampingi pertunjukkan musik.
5. Operet → Operet merupakan drama opera yang memiliki jalan cerita lebih singkat.
6. Pantomim → Drama tanpa dialog yang ditampilkan dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa tubuh.
7. Passie → Drama yang didalamnya mengandung unsur – unsur pesan Agama tertentu.
8. Pewayangan → Drama yang ditampilkan dengan menggunakan media benda berupa boneka ataupun wayang.
Brata. 2008. Pelatihan Dasar Teater, (Online), (http://mbahbrata.wordpress.com//pelatihan-dasarteater/),
Gabriela. 2008. Drama dan Teater: Metode Latihan Teater, (Online),
(http://vigneteoridrama.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem)
sumber: http://allinonekip.blogspot.com/2013/03/materi-dasar-teater_23.html
Langganan:
Postingan (Atom)